Posts Tagged 'menulis'

Tentang Menulis

Kita tahu, menulis merupakan kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, atau imajinasi ke dalam tulisan. Jadi ketika kita kesulitan menulis, sering dikatakan bahwa itu berarti kita belum cakap dalam mengungkapkan pikiran kita. Tidak heran bila pada promo kelas-kelas menulis, selalu ditonjolkan tentang bagaimana menuangkan isi pikiran dengan lancar.

Tapi, semakin ke sini, saya semakin yakin bahwa masalahnya lebih dari itu.

Saat kita kesulitan menulis, maka kita perlu menjawab terlebih dahulu pertanyaan ini dengan jujur: apakah sebenarnya kita sudah punya pikiran atau gagasan yang siap untuk kita ungkapkan? Continue reading ‘Tentang Menulis’

Menulis di Ponsel

Meski tangannya mulai sulit digerakkan, tapi Putu Wijaya masih rajin menulis. Bukan di kertas, melainkan di ponsel pintarnya.

Putu memang terkenal keras dan disiplin. Tidak hanya kepada orang lain, tapi juga kepada dirinya sendiri. Tidak heran jika karya-karyanya begitu memikat dan memukau banyak orang. Continue reading ‘Menulis di Ponsel’

Draf

Ada sebuah folder baru yang sengaja saya buat di laptop. Folder itu saya namakan “Draf”. Rencananya mau saya isi dengan catatan apa saja yang saya buat, misalnya pengalaman sehari-hari, curhat, cerpen, sinopsis novel, ide-ide, atau resensi buku.

Pokoknya apa pun akan saya tulis di sana. Suka-suka, setiap hari kalau bisa. Sekadar menyalurkan pikiran dan perasaan.

Jadi isi folder itu benar-benar hanya sampah, berupa draf dengan kalimat-kalimat dan plot yang tidak tertata. Continue reading ‘Draf’

Kreatif

Saat ini saya bekerja di dunia kreatif, tapi kenyataannya kehidupan saya sehari-hari jauh dari kata kreatif. Misalnya, saya memakai pakaian yang itu-itu saja, mendengarkan lagu yang itu-itu saja, makan di warung yang itu-itu saja, dan bahkan dengan menu yang itu-itu saja.

Tapi, saya menikmati itu semua.

Ibu saya bilang bahwa selera saya susah. Mungkin beliau benar. Dan mungkin karena itu pula saya suka malas mencoba-coba. Jadi begitu mendapatkan sesuatu yang cocok, saya akan terus menggenggamnya.

Misalnya, saya hanya punya dua celana panjang yang saya pakai secara bergantian. Merek dan jenis keduanya sama. Salah satu celana sudah sobek di bagian lutut, tapi masih saya pakai terus. Hal itu membuat saya jadi terlihat seperti gembel. Beruntung tempat kerja saya tidak terlalu mempermasalahkannya. Continue reading ‘Kreatif’

Lega (2)

Setiap kali selesai ngeblog, entah kenapa saya jadi merasa lega. Kalau dipikir-pikir, mungkin sebabnya ada dua.

Pertama, karena saya telah menulis.

Menulis —kita tahu, memang dapat mendatangkan perasaan lega. Beban kita terbagi. Apa yang kita pikirkan dan kita rasakan bisa terlampiaskan. Semuanya kita tuangkan ke dalam bentuk tulisan. Perkara mau dipublikasikan atau tidak, itu pilihan kita. Tinggal kita pertimbangkan baik-buruknya. Continue reading ‘Lega (2)’

Proses

Sewaktu kecil, beberapa tetangga dan kerabat dekat menjuluki saya dengan sebutan yang gaul abis: ‘anak pantat’.

Bukan… itu bukan karena muka saya mirip dengan belahan pantat. Saya disebut demikian karena dulu sering menggelendot di balik tubuh ibu saya.

Ya, dulu saya memang anak yang manja. Apa-apa selalu dikerjakan orangtua. Namun, saya berusaha untuk tidak membawa sifat manja itu pada masa dewasa. Saya belajar untuk menjadi orang yang mandiri, menyelesaikan berbagai masalah sendiri tanpa perlu merepotkan keluarga.

Meski demikian, saya merasa sikap manja saya sewaktu kecil menimbulkan watak kurang baik pada diri saya. Dulu saya tidak terbiasa mengerjakan sesuatu sendiri, jadi saya tidak terlalu akrab dengan proses. Akibatnya, saya jadi tidak sabaran. Continue reading ‘Proses’

Tentang Menulis

Tak disangka, ternyata ada juga adik angkatan saya yang suka baca blog ini. Katanya, ia suka dengan postingan saya yang berjudul Kasir, Save the Best for The Last, Memilih yang Paling Besar, serta Bioskop. Dan katanya lagi, tulisan-tulisan saya asyik dan lucu.

Tunggu, sepertinya kepala saya mulai membesar.

Adik angkatan saya itu lantas menyarankan saya untuk coba mengirim tulisan ke sebuah website alternatif-kreatif yang terkenal dengan kontennya yang segar dan menghibur, sebut saja mojok.co (nama sebenarnya). Media itu dikepalai oleh Puthut EA.

Hmm… boleh juga tuh, bisa jadi sarana untuk mempromosikan diri blog ini. Continue reading ‘Tentang Menulis’

Ini yang Perlu Dipikirkan Sebelum Jadi Penulis

Sepertinya saat ini profesi penulis terdengar sangat seksi dan menarik. Banyak orang yang memutuskan untuk menjadi seorang penulis. Bahkan, banyak pula orang yang sudah mapan bekerja di perusahaan besar, tapi memutuskan resign untuk kemudian menjadi penulis penuh waktu.

Menulis tidak lagi dijadikan hobi, tapi dijadikan sebagai profesi utama untuk mencari nafkah.

Memang, menjadi penulis sepertinya terhormat sekali. Prestisenya tinggi. Para penulis dianggap sebagai orang yang cerdas. Tapi, jangan salah. Pandangan seperti itu biasanya ditujukan kepada para pekerja profesional yang menulis, bukan penulis profesional penuh waktu. Hal ini berbeda, dan kita harus bisa membedakan keduanya. Continue reading ‘Ini yang Perlu Dipikirkan Sebelum Jadi Penulis’

Mengapa Saya Menulis

Pada masa awal ngeblog, saya menulis dengan begitu cueknya. Berbagai kejadian tidak penting sering saya ceritakan di sini, misalnya merapikan tempat tidur, mencuci baju, menyapu halaman rumah, atau menata hati yang terserak.

Tapi kemudian ada masanya saya mulai peduli dengan tema tulisan yang saya buat. Pada masa itu, saya berusaha mati-matian untuk mengisi blog ini dengan konten yang mengandung kata kunci yang sedang populer.

Saya melakukannya tidak lain untuk meraup pengunjung sebanyak-banyaknya, serta untuk melesatkan ranking Alexa.

Cara lain yang saya lakukan adalah berkunjung ke banyak blog, membaca paragraf awal dan akhir dari postingan terbaru di sana, lalu meninggalkan komentar singkat dengan nada yang ceria, yang kadang-kadang tidak nyambung dengan isi postingan mereka. Continue reading ‘Mengapa Saya Menulis’

Random

Pertengahan bulan ini hingga beberapa minggu ke depan, ada banyak proyek yang harus saya selesaikan. Sebuah proyek menulis. Saya sudah membuat kesepakatan dengan si pemberi tawaran.

Kalau dipikir-pikir, pekerjaannya menumpuk sekali. Jujur, sejak kecil saya kurang terbiasa dengan tekanan. Nah, keputusan saya untuk menerima proyek itu membuat saya harus menghadapi tekanan tersebut.

Tadinya saya sempat berpikir untuk menolak tawaran proyek itu. Dengan begitu, saya bisa lebih santai.

Kerja cukup sampai sore, setelah itu bermain-main. Malamnya bisa leyeh-leyeh sambil menonton televisi. Enak sekali, bukan? Toh saya masih bisa hidup dengan pendapatan yang ada meski hanya pas-pasan. Continue reading ‘Random’


Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 1,796 other subscribers

Selamat Datang!

Kategori

Twitter